- Keterpaduan Bentuk (kohesi)
Koherensi
berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan
dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan
satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan
kohesif jika kata-katanya tidak padu.
Contoh:
Pada
tahun 1997, produksi padi turun
3,85
persen. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun
1998. swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985,
kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu
ton
pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor
400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5
juta ton.
Paragraf
di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik
turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat
tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak
memiliki kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut sulit
dipahami. Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan
memberikan kata perangkai seperti berikut ini.Pada tahun 1997,
produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat,
diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada pangan
tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar
371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan
tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu
ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai
2,5 juta ton.
- Keterpaduan Makna (koherensi)
Suatu
paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan
yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya.
Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara
bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun
kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan
pikiran yang membingungkan.
Contoh:
Buku
merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan
yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran
audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan
imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan
simbol dengan makna. Radio adalah media alat elektronik yang banyak
didengar di masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca
tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan
pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan
sarana yang kondusif.
Paragraf
di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang
melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal.
- Teknik Pengembangan Paragraf
Dalam
buku zaenal Arifin(2008,117) mengemukakan bahwa teknik pengembangan
paragraf berikut ini:
- Dengan memberikan contoh atau fakta
Menggunakan
cara ini penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh ynag umum,
contoh yang representative, yang dapat mewakili keadaan yang
sebenarnya, dan bukan contoh yang terlalu di cari-cari.
- Dengan memberikan alasan-alasan
Cara
ini apa yang di nyaakan oleh kalimat topik dianalisis berdasarkan
logika, dibuktikan denagan uraian-uraian yang logis denagn
menjelaskan sebab-sebab mengapa demikian.
- Dengan bercerita
Biasanya
pengarang mengungkjapkan kembali peristiwa-peristiwa yang sedang atau
sudah berlalu apabila ia mengembangka paragraf dengan cara ini.
Selain
itu pengembangan pargaraf dapat ditempuh antara lain dengan cara
deduksi dan induksi. Paragraf deduksi adalah salah satu jenis
paragraf yang menampilkan kalimat utama atau kalimat topic pada awal
paragraf (sugihastuik,2007: 86). Paragraf induksi dalah salah satu
jenis paragraf yang menempatkan kalimat utama pada akhir paragraf
(Sugihastutik,
2007:
86).
Pengembangan
paragraf dalam buku Sugihastutik (2007, 86) mengemukakan pengembangan
paragraf dapat dilakukan dengan cara antara lain:
- Pengembangan dengan cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf dengan cara mengklasifikasikan masalah yang dikemukakan.
Contoh:
Indonesia memiliki hewan dan tumbuhan endemik yang sangat banyak,
terdiri dari burung, hewan berkaki empat ataupun hewan berkaki dua,
Tumbuhannya juga sangat menarik dan indah, tak kalah indah dengan
bunga sakura . hewan endemik Indonesia seperti, harimau sumatra,
Orang utan, Badak bercula satu, siamang, burung endemik Indonesia
seperti, Burung Cencrawasih, Burung kakatua putih, dan sebagainya.
flora endemik Indonesia seperti, bunga bangkai, bunga kangtong semar,
Matoa, dan sebagainya.
- Pengembangan dengan cara definisi adalah pengembangan paragraf dengan cara memberikan definisi pada sesuatu hal yang dibicarakan.
Contoh:
Loyalitas pelanggan adalah suatu sikap dan perilaku seseorang untuk
tetap bertahan dalam membeli sesuatu pada toko yang diyakininya
sebagai toko yang dapat dipercaya, baik tentang harga maupun tentang
kualitas barang. Meskipun banyak toko-toko baru yang bermunculan, Ia
tetap menjadi pelanggan yang setia pada toko itu betapapun gencarnya
usaha pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan lain, keyakinannya
tidak goyah terhadap toko yang dilangganiya
- Pengembangan analogi adalah pengembangan paragraf dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda untuk memperjelas gagasan yang diungkapakan.
Contoh:
Budi adalah anak yang penakut sikapnya ini membuatnya sering jadi
bahan mainan teman-temannya. Bagai kerbau dicocok hidung ia selalu
mengikuti apa kata orang lain. Sehingga ia tidak dapat berkembang dan
selalu hanya bisa diam sama seperti kerbau yang hanya bisa diam
ketika hidungnya dicocok untuk melakukan apa yang diinginkan
tuannnya.
- Pengembangan dengan cara contoh adalah pengembangan paragraf dengan cara memberikan beberapa contoh sebagai penjelas gagasan yang diungkapkan.
Contoh:
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik.Indikatornya
dapat dilihat dari berbagai aspek. Misalnya,dalam bidang otomotif.
Setiap hari kita temukan aneka kendaraan melintas di jalan raya.
Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup
masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli masyarakat
akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan,
misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang
permanen.
- Pengembangan dengan cara fakta adalah pengembangan paragraf dengan cara menyertakan sejumlah fakta untuk memperkuat pendapat yang dikemukkan.
- Pengembangan Paragraf Berdasakan Teknik
Pengembangan paragraf yang
pertama dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan
tekniknya pengembangan paragraf dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu (1) pengembangan secara alamiah, dan (2) pengembangan secara
logis.
- Pengembangan Secara Alamiah
Paragraf yang dikembangkan
berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat
yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan
dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu
peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang
dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai. Adanya kalimat utama
atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada
paragraf naratif dan prosedural.
Paragraf yang dikembangkan
berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa pembaca dari satu titik
ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti
kalimat yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat
pada posisi tertentu, dan diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang
mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi yang lain. Pengungkapan
gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh sembarangan, sebab cara
yang demikian akan mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan memahami
pesan. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf
deskriptif.
- Pengembangan Secara Logis
Pengembangan paragraf secara
logis maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan pola pikir
tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Paragraf
yang dikembangkan klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang
pertama klimaks, dan yang kedua antiklimaks. Pengembangan paragraf
secara klimaks dilakukan dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang
berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian
diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya
atau kepentingannya.
Pengembangan paragraf secara
antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang dianggap
paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru
diikuti dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap
sebagai gagasan bawahan, gagasan yang dianggap kurang penting atau
rendah kedudukannya.
Pengembangan paragraf berdasarkan
kriteria umum-khusus, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu paragraf
yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus, dan khusus ke umum.
Paragraf yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang
dimulai dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama,
kemudian diikuti dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau
rincian. Paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus ini
biasa disebut dengan paragraf deduktif. Paragraf yang dikembangkan
secara khusus ke umum berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan
khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan
gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama. Paragraf yang
dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini biasa disebut dengan
paragraf induktif. Pengembangan paragraf logis umum-khusus ini, baik
dengan cara umum ke khusus (deduktif) maupun khusus ke umum
(induktif), paling banyak diguankan, lebih-lebih dalam karya ilmiah
karena karya ilmiah pada umumnya merup sintesis antara deduktif dan
induktif (lihat Akhadiah M.K. dkk., 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan
Suhardi 2001).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar