Sabtu, 19 Juli 2014

Paragraf

  1. Definisi Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kestuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut (Arifin, 2008: 115). Secara visual paragraf atau alenia ditandai oleh dua hal yaitu baris pertama ditulis atau diketik menjorok kedalam sebanyak lima ketukan dari margin kiri dan selalu diawali baris baru (Rahardi, 2009: 158). Sering kita temukan paragraf dalam surat kabar yang hanya terdiri atas satu kalimat saja. Paragraf semacam itu merupakan paragraf yang tidak dikembangkan. Karangan yang bersifat ilmiah paragraf semacam itu jarang kita jumpai.
Penggabungan beberapa kalimat menjadi sebuah paragraf itu diperlukan adanya kesatuan dan kepaduan. Kesatuan adalah keseluruhan kalimat dalam paragraf itu membicarakan satu gagasan saja. Kepaduan yang dimaksud adalah keseluruhan kalimat dalam paragraf itu secara kompak atau saling berkaitan mendukung satu gagasan itu.
Pembagian paragraf menurut jenisnya
Sebuah karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam paragraf jika dilihat dari segi jenisnya
  1. Paragraf pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian(Arifin, 2008:122). Paragraf pembuka harus dapat menarik perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yng akan disajikan selanjutnya.
  1. Paragraf pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali didalam bab atau anak bab itu (Arifin, 2008:122). Paragraf pembuka harus dapat menarik dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya.
  1. Paragraf penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil didalam krangan itu (Arifin, 2008:122). Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.

Sedangkan pembagian paragraf menurut teknik pemaparannya adalah sebagai berikut
  1. Deskriptif
Deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan) (Arifin,2008:131). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat didepan mata. Paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak, pembicraanya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
  1. Ekspositoris
Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan satu objek peninjauan tertuju pada satu unsur saja.
  1. Argumentatif
Paragraf argumentatif dapat dimasukkan kedalam ekspositoris. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi.
  1. Naratif
Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita, oleh karena itu sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita temukan dalam novel atau cerpen atau hikayat.

B. Pengertian Kohesi dan Koherensi Paragaraf
a) Kepaduan Makna (Koherensi)
Suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Contoh:
Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna. Radio adalah media alat elektronik yang banyak didengar di masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif.
Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal.
b) Keterpaduan Bentuk (Kohesi)
Koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu.
Contoh:
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.
Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti berikut ini.Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.
Jenis-Jenis Paragraf
Dalam buku ( Tarigan, 2008). Berdasarkan fungsinya Paragraf dapat dibedakan atas:
  1. Paragraf peralihan
  2. Paragraf penekanan
  1. Paragraf Peralihan
paragraf perlihan mengandung celah uaraian yang kosong biasanya, paragraf peralihan memrankan dua fungsi yaitu:
  • merangkumkan dan menilai bahan/uraian terdahului
  • membayangkan bahan uraian/uraian berikutnya.
Paragraf peralihan memperkenalkan baik judul, subjek, maupun pembatasan, seperti terlihat dalam contoh berikut ini:
Membaca merupakan hal yag sangat penting bagi pendidikan. Pemerintah menarik perhatian besar terhadap perpustakaan yang merupakan gudang ilmubangsa kita. Kuantitas dan kualitas perpustakaan kita turut menentukan kemajuan negara kita.
  1. Paragraf Penekanan
paragraf penekanan terdiri atas beberapa kalimat berita singkat (kadang-kadang hanya terdiri atas satu kalimat) yang pada umumnya dimaksudkan untuk mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka, atau memastikan bahwa mereka memperoleh pesan yang jelas dan pokok.
Contoh: batas waktu janji telah lewat-kali ini bukan hanya rumah yang mereka diami harus diserahkan, tetapi juga sawah dan ladangnya semua, untuk pembayar hutang mereka kepada tengkulak.
Kadang-kadang paragraf penekanan secara tepat guna mengakhiri suatu tulisan, memberikan suatu pengaruh yang tidak mudah dicapai oleh paragraf yang lebih panjang. Contoh berikut ini merupakan suatu paragraf akhir yang terdiri atas dua kalimat tepat guna yang juga bertindak sebagai rangkuman umum subjek suatu tulisan.
Contoh: sistem merga pada masyarakat karo sangat rumit, tetapi merupakan suatu pola yang teratur rapi dan menarik. Karena itulah, bnayk sarjana menaruh minat serta mengadakan penelitian mengenai struktur sosial masyarakat Karo.

  1. Syarat Pembentukan dan Pengembangan Paragraf
Paragraf yang efektif adalah paragraf yang mengandung kesatuan dan kepaduan. Pembentukan atau pengembangan paragraf, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan berikut.
a). Kesatuan
Paragraf yang berkesatuan adalah paragraf yang mengandung satu gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas (Sugihastutik,2007: 74). Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung pada besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi. Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk membangun tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya. Tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan sangat mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara Si kaya dan Si miskin.
Contoh paragraf di atas adalah contoh paragraf yang tidak memiliki prinsip kesatuan. Gagasan pokok tentang penghasilan suatu keluarga dalam pengembangannya kita jumpai gagasan pokok lain tentang tempat beribadah. Hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak merupakan satu kesatuan yang bulat untuk menunjang gagasan utama.
b) Kepaduan
Paragraf yang berkepaduan adalah paragaraf yang memperlihatkan kepaduan antar kalimatnya (Sugihastutik:2007, 74). Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri,tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.
  1. Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, demikian juga
  2. Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipu.
  3. Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
  4. Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya.
  5. Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian
  6. Hubungan yang menyatakan singkatan, misal: pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, sesungguhnya
  7. Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan
Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf yaitu berupa :
  1. Ungkapan hubungan transsisi
Beberapa kata transisi berikut ini:
  • Hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, disamping itu, lalu, berikutnya, demikian pula , begitu juga, lagi pula,
  • Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
  • Hubungan perbandingan:sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu.
  • Hubungan akibat: oleh sebab itu, oleh karena itu
  • Hubungan tujuan:untuk itu, untuk maksud itu
  • Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya
  • Hubungan waktu: sementara itu, beberapa saat kemudian
  • Hubungan tempat:berdekatan dengan itu.
  1. Kata ganti
Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti orang maupun kata ganti yang lain.
  1. Kata ganti orang.
Memadu suatu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, kita banyak menggunakn kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari penyebutan nama berkali-kali.
  1. Kata ganti yang lain
Digunakan untuk menciptakan kepaduan paragraf ialah itu,ini, tadi, begitu, demikian, disitu, ke situ, keatas, dan sebagainya.
  1. Kata kunci
Ungkapan pengait bisa juga berupa pengulangan kata-kata kunci
c) Kelengkapan
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf adalah kelengkapan. Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut ini.
contoh pertama
Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih dan bersengketa.
Contoh paragraf di atas hanya diperluas dengan perulangan. Pengembangannya pun tidak maksimal.
contoh kedua
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah
Contoh paragraf kedua di atas merupakan contoh paragraf yang tidak dikembangkan. Paragraf di atas hanya terdiri dari kalimat topik saja. Contoh ketiga berikut ini merupakan contoh pengembangan dari contoh paragraf kedua di atas.
Perlu kiranya ditambahkan di sini bahwa ada jenis wacana khusus atau tertentu yang sengaja dibuat satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat saja dan ini merupakan kalimat topik. Wacana tersebut adalah wacana Tajuk Rencana dalam suatu surat kabar. Sesuai dengan ciri wacana jurnalistik dalam sebuah tajuk, bahwa tajuk rencana merupakan gagasan dari redaksi surat kabar tersebut pada suatu masalah tertentu/sikap redaksi, sehingga apa yang diuraikan hanyalah gagasan-gagasan pokoknya saja sementara uraian secara panjang lebar dapat dilihat dan dibaca pada berita-berita utamanya.

  1. Teknik Pengembangan Paragraf
Dalam buku zaenal Arifin(2008,117) mengemukakan bahwa teknik pengembangan paragraf berikut ini:
  1. Dengan memberikan contoh atau fakta
menggunakan cara ini penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh ynag umum, contoh yang representative, yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya, dan bukan contoh yang terlalu di cari-cari.
  1. Dengan memberikan alasan-alasan
Cara ini apa yang di nyaakan oleh kalimat topik dianalisis berdasarkan logika, dibuktikan denagan uraian-uraian yang logis denagn menjelaskan sebab-sebab mengapa demikian.
  1. Dengan bercerita
Biasanya pengarang mengungkjapkan kembali peristiwa-peristiwa yang sedang atau sudah berlalu apabila ia mengembangka paragraf dengan cara ini.
Selain itu pengembangan pargaraf dapat ditempuh antara lain dengan cara deduksi dan induksi. Paragraf deduksi adalah salah satu jenis paragraf yang menampilkan kalimat utama atau kalimat topic pada awal paragraf (sugihastuik,2007: 86). Paragraf induksi dalah salah satu jenis paragraf yang menempatkan kalimat utama pada akhir paragraf (Sugihastutik, 2007: 86).
Selain kedua jenis paragraf itu, pengembangan paragraf dalam buku Sugihastutik (2007, 86) mengemukakan pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan cara antara lain
  1. Pengembangan dengan cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf dengan cara mengklasifikasikan masalah yang dikemukakan.
Contoh: Indonesia memiliki hewan dan tumbuhan endemik yang sangat banyak, terdiri dari burung, hewan berkaki empat ataupun hewan berkaki dua, Tumbuhannya juga sangat menarik dan indah, tak kalah indah dengan bunga sakura . hewan endemik Indonesia seperti, harimau sumatra, Orang utan, Badak bercula satu, siamang, burung endemik Indonesia seperti, Burung Cencrawasih, Burung kakatua putih, dan sebagainya. flora endemik Indonesia seperti, bunga bangkai, bunga kangtong semar, Matoa, dan sebagainya.
  1. Pengembangan dengan cara definisi adalah pengembangan paragraf dengan cara memberikan definisi pada sesuatu hal yang dibicarakan.
Contoh: Loyalitas pelanggan adalah suatu sikap dan perilaku seseorang untuk tetap bertahan dalam membeli sesuatu pada toko yang diyakininya sebagai toko yang dapat dipercaya, baik tentang harga maupun tentang kualitas barang. Meskipun banyak toko-toko baru yang bermunculan, Ia tetap menjadi pelanggan yang setia pada toko itu betapapun gencarnya usaha pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan lain, keyakinannya tidak goyah terhadap toko yang dilangganiya
  1. Pengembangan analogi adalah pengembangan paragraf dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda untuk memperjelas gagasan yang diungkapakan.
Contoh: . Analogi
Budi adalah anak yang penakut sikapnya ini membuatnya sering jadi bahan mainan teman-temannya. Bagai kerbau dicocok hidung ia selalu mengikuti apa kata orang lain. Sehingga ia tidak dapat berkembang dan selalu hanya bisa diam sama seperti kerbau yang hanya bisa diam ketika hidungnya dicocok untuk melakukan apa yang diinginkan tuannnya.
  1. Pengembangan dengan cara contoh adalah pengembangan paragraf dengan cara memberikan beberapa contoh sebagai penjelas gagasan yang diungkapkan.
Contoh: Contoh
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik.Indikatornya dapat dilihat dari berbagai aspek. Misalnya,dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan, misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.
  1. Pengembangan dengan cara fakta adalah pengembangan paragraf dengan cara menyertakan sejumlah fakta untuk memperkuat pendapat yang dikemukkan.

Pengembangan Paragraf Berdasarkan Teknik
Pengembangan paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) pengembangan secara alamiah, dan (2) pengembangan secara logis.
  1. Pengembangan Secara Alamiah
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai.
Adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu, dan diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.

  1. Pengembangan Secara Logis
Pengembangan paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan pola pikir tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Paragraf yang dikembangkan klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan yang kedua antiklimaks. Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya.
Pengembangan paragraf secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang dianggap paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru diikuti dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, gagasan yang dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.
Pengembangan paragraf berdasarkan kriteria umum-khusus, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus, dan khusus ke umum. Paragraf yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama, kemudian diikuti dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian. Paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus ini biasa disebut dengan paragraf deduktif. Paragraf yang dikembangkan secara khusus ke umum berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama. Paragraf yang dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini biasa disebut dengan paragraf induktif. Pengembangan paragraf logis umum-khusus ini, baik dengan cara umum ke khusus (deduktif) maupun khusus ke umum (induktif), paling banyak diguankan, lebih-lebih dalam karya ilmiah karena karya ilmiah pada umumnya merup sintesis antara deduktif dan induktif (lihat Akhadiah M.K. dkk., 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan Suhardi 2001).
Pola Pengembangan paragraf Induktif- Deduktif
Banyak cara yang dapat digunakan dalam menyampaikan pendapat, di antaranya secara induktif dan deduktif.
Bentuk penyampaian pendapat atau penalaran pendapat secara induktif dan deduktif pun beraneka macam.
1.   Pengembangan paragraf Induktif
Pengembangan induktif dilakukan dengan menyebutkan permasalahan-permasalahan khusus dan berangsur-angsur menuju simpulan (permasalahan umum).
Jenis Pengembangan Induktif yaitu :
Generalisasi
Analogi
Sebab-akibat (kausalitas)
Generalisasi
Pengembangan secara generalisasi dilakukan dengan mengemukakan hal-hal khusus lalu menarik simpulannya secara umum.
Contoh :
- Jika dipanaskan, besi memuai.
- Jika dipanaskan, tembaga memuai.
- Jika dipanaskan, perak memuai.
- Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Contoh paragraf generalisasi
Untuk menjadi karyawan PT Digital Modern, syarat utamanya adalah sarjana. Akan tetapi, tidak cukup sarjana saja. Calon karyawan harus memiliki Indeks Prestasi bagus di Perguruan Tingginya, minimal 2,75. Calon karyawan juga harus menguasai salah satu bahasa asing, Inggris atau Mandarin. Jika semua persyaratan administratif sudah terpenuhi, mereka harus lulus serangkaian tes yang diselenggarakan oleh PT Digital Modern. Jadi, memang tidak mudah untuk dapat diterima menjadi karyawan PT Digital Modern.
Analogi
Penalaran analogi dilakukan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya memiliki beberapa sisi persamaan.
Contoh paragraf analogi
Orang yang memiliki ilmu pengetahuan luas dan berpendidikan tinggi seharusnya bersifat seperti padi. Setangkai padi yang mulai berisi akan merunduk. Makin bernas bulir padi itu, makin merunduk tangkainya. Begitu pula manusia yang berilmu dan berpendidikan tinggi. Semakin ia berwawasan, semakin ia merendahkan hatinya seperti merunduknya setangkai padi yang berbulir bernas.
Kausalitas
Penalaran kausalitas menunjukkan hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab.
Contoh paragraf kausalitas
(sebab-akibat)
Penduduk dari daerah banyak yang hijrah ke Jakarta. Mereka terimingi-imingi oleh gambaran kehidupan mewah di Jakarta dan kemudahan mencari kerja. Akibatnya, Jakarta semakin penuh oleh pendatang.
Contoh paragraf kausalitas yang lain
(akibat-sebab)
Pengurusan KTP sangat mahal sehingga menimbulkan kegusaran masyarakat. Pasalnya, karena birokrasi yang  berbelit. Selain itu, masih kerap terjadi oknum-oknum mencantumkan biaya ini-itu untuk pengurusan KTP yang sebenarnya fiktif belaka.
2. Pengembangan paragraf Deduktif
Pengembangan deduktif menyampaikan hal-hal umum terlebih dahulu, lalu berangsur-angsur menjelaskan hal-hal khusus.
Contoh
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa the mempunyai banyak manfaat. Mengonsumsi teh secara teratur dapat mencegah kanker meskipun tidak terlalu besar. The juga menguatkan tulang dan mencegahpertumbuhan plak di permukaan gigi sehingga mencegah gigi berlubang. Tidak hanya memenuhi kebutuhan cairan tubuh seperti air putih, the juga melawan penyakit jantung.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat di awal paragraf (deduktif) yaitu  Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa the mempunyai banyak manfaat.
Jenis Penalaran Deduktif
Silogisme
Silogisme negatif
Entimem
Silogisme
Pada silogisme terdapat dua premis (pernyataan) dan satu simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum (mayor) dan khusus (minor).
Rumus silogisme
PU       : Semua A = B
PK       :              C = A
S          :              C = B
contoh
PU : Semua orang Islam wajib melaksanakan salat.
A                                             B
PK : Radit adalah orang Islam.
C                               A

S  : Radit wajib melaksanakan salat.
C                               B
Silogisme negative
Silogisme negatif adalah sebuah silogisme yang salah satu premisnya bersifat negatif. Jika salah satu premisnya negatif, simpulannya juga negatif.
Dalam silogisme negatif biasanya digunakan kata ‘tidak’ atau ‘bukan’.
Contoh
PU : Siswi di sekolah negeri tidak wajib berjilbab.
A                                             B
PK : Desi adalah seorang siswi di sekolah negeri.
C                               A
S   : Desi tidak wajib berjilbab.
C                               B
Entimem
Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Dari sebuah silogisme dapat dibuat entimemnya. Demikian pula sebaliknya, dari sebuah entimem dapat disusun silogisme.
Rumus Entimem
C = B karena C = A
contoh
PU : Semua orang Islam wajib melaksanakan salat.
A                                             B
PK : Radit adalah orang Islam.
C                               A
K   : Radit wajib melaksanakan salat.
C                               B
Entimem :
Radit wajib melaksanakan salat karena ia orang Islam
C                    B                                   C        A


Tidak ada komentar:

Posting Komentar